Sabtu, 07 Februari 2015

تذهب من دون سبب(pergi tanpa alasa_eren)

تذهب من دون سبب
أنا أحبك مثل نجمة السماء عناق
أصف الحب بلا حدود في قلوب مرة أخرى

أنا أحبك مثل نجمة السماء عناق
أصف الحب بلا حدود في قلوب مرة أخرى
أحب أن أول ازدهرت في ماضي الآن
يكسر قلبي الى قطع مثل حفنة من الغبار لا

تركت دون سبب واضح
تقوم قلبي ضعيف وعاجز
الحصول على سحق قلبي بدونك
لم أستطع الوقوف بشكل مستقيم والتنفس

تركت دون سبب واضح
تقوم قلبي ضعيف وعاجز
الحصول على سحق قلبي بدونك
لم أستطع الوقوف بشكل مستقيم والتنفس

الحصول على سحق قلبي بدونك
لم أستطع الوقوف بشكل مستقيم والتنفس

Rabu, 04 Februari 2015

NASKAH DRAMA XII FARMASI


Naskah Drama: “Hantu Jadi Artis”
Konsep Panggung
Konsep panggung dibagi dalam 2 konsep, karena ada 2 babak cerita. Pada babak pertama, latar panggung gelap gulita, tidak ada properti sama sekali, hanya ada 2 pemain saja. Pada babak kedua, mulai ada properti yaitu kuburan yang diletakkan di tengah panggung, di depannya ada kamera buatan. Sebelah sisi kanan panggung ada batu dan semak-semak. Pencahayaan sudah agak terang karena adanya sorot kamera.
Konsep Tata Rias dan Busana
Untuk para hantu :
Puci : memakai kostum putih dari ujung kepala hingga kaki (dibentuk seperti pocong). Untuk make up wajahnya diberi masker warna putih dan disekitar mata di make up hitam.
Sundi : memakai kostum hitam panjang. Riasan wajah hitam dan rambut dibuat acak-acakan. Di bagian punggung dibuat hiasan lubang seperti layaknya “sundel bolong”
Ki Kolor Ijo : memakai kostum kaos street warna hijau dan deker hitam. Mekai celana kolor warna hijau. Riasan wajah bernuansa hijau. Rambut diikat acak-acakan.
Kunti : memakai kostum serba putih panjang. Riasan layaknya hantu yang menjelma menjadi cantik.
Untuk para manusia :
Tarmo : memakai kaos besar warna biru. Celananya celana bola dengan kaos kaki panjang dan menggunakan sepatu bola. Memakai topi. Dirias layaknya seperti laki-laki.
Heni Panci : memakai pakaian serba hitam, dilengkapi dengan jaket hitam yang serba besar.
Bu Nyai : memakai baju taqwa, sarung, syurban, dan peci warna putih.
Konsep Penyutradaraan
Drama ini dibagi menjadi 2 babak. Pada babak yang pertama panggung akan dibuat menjadi gelap dan tanpa ada property sama sekali. Babak ini dimulai dengan pembacaan prolog kemudian pemain pertama yang ada diatas panggug adalah Puci dan Sundi, mereka posisinya ada ditengah panggung dengan keadaan tidur telentang seperti orang mati kemudian keduanya bangun dan bercakap – cakap. Dilanjutkan dengan prolog, kemudian babak kedua.
Pada babak kedua setting panggung tetap gelap namun agak diberi sedikit pencahayaan. Panggung juga dilengkapi dengan beberapa kuburan ditengah panggung batu besar / semak – semak disebelah kanan panggung. Pada babak kedua pemain pertama yang masuk panggung adalah Heri panci gosong dan Kyai dan mengambil setting tempat didepan kuburan yang kemudian disusul oleh kemunculan hantu Puci dan Sundi yang segera mengambil setting tempat disebelah semak – semak / batu besar. Pada adegan ini Sundi dan Puci yang bercakap – cakap, kemudian pak Kyai dan Heri panci gosong bercakap – cakap tanpa suara.
Selang beberapa menit pemain berikutnya masuk yaitu Kunti dengan berjalan perlahan – lahan, dia segera menuju tempat persembunyian Sundi dan Puci serta mengejutkan mereka berdua kemudian dilanjutkan dengan percakapan. Adegan akan dilanjutkan dengan dimulainya acara “ Menelusuri Alam Ghaib “ yang dibuka oleh Heri panci gosong yang didampingi oleh pak Kyai, sedangkan para hantu ditempat pengintaiannya mendengarkan dan memperhatikan kegiatan mereka tanpa ada percakapan. Setelah acara dibuka Heri panci gosong dan Kyai menunjuk salah satu penonton yang mengacungkan tangan untuk dijadikan peserta uji nyali. Peserta tersebut diminta naik ke panggung dan dan adegan dilanjutkan dengan percakapan ketiga orang tersebut. Selanjutnya peserta (Tarmo) akan ditinggal oleh Heri panci gosong dan Kyai setelah ditanyai kesanggupannya oleh Heri panci gosong. Pada adegan ini dipanggung ada 4 pemain Tarmo didepan kuburan dan 3 hantu ( Puci, Sundi dan Kunti ) yang mengintai dari tempat persembunyiannya tadi. Ketika Tarmo ditinggal semdirian, 3 hantu tadi mulai bercakap – cakap lagi yang kemudian diakhiri dengan kepergian Puci dan Sundi. Selanjutnya, Kunti berkeliling panggung dan mendekati Tarmo, Tarmo terkejut dan adegan dilanjutkan dengan percakapan keduanya. Tiba – tiba dari makam kramat Ki kolor ijuk bermunculan asap tebal yang dibarengi kemunculan Ki kolor ijuk dari makam tersebut dan mengagetkan mereka berdua. Adegan dilanjutkan dengan pertengkaran mulut yang kemudian dilanjutkan dengan pertarungan fisik antara Ki kolior ijuk dan Tarmo. Pertarungan akhirnya dimenangkan oleh Ki kolor ijuk dan Tarmo kalah terjatuh dengan menahan rasa sakit. Kemudian Ki kolor ijuk menarik Kunti pergi meninggalkan Tarmo yang sudah tak berdaya. Kemudian, adegan dilanjutkan dengan Tarmo yang meminta tolong pada para kru TV, kemudian Kyai dan Heri panci gosong menghampirinya dan pak Kyai mengobati Tarmo dengan menyalurkan tenaga dalamnya kepada Tarmo dengan duduk bersila seperti menyalurkan tenaga dalam. Setelah disembuhkan Tarmo panik dan mulai melarikan diri karena merasa ketakutan. Acara berakhir dan ditutup oleh Heri panci gosong bersama dengan Kyai tetapi dipanggung juga ada pemain lain yaitu hantu – hantu penghuni kuburan kramat tersebut ( Puci, Sundi dan Ki kolor ijuk ) yang menakut – nakuti Heni panci gosong dan Nyai. Drama ditutup dengan Heri panci gosong dan Kyai yang kabur karena ditakut – takuti oleh hantu – hantu tadi. Kemudian, acara ditutup dengan kemunculan semua pemain yang diiringi dengan lagu Afi “ Menuju Puncak “.
SINOPSIS CERITA
Di alam kubur komplek kuburan kramat, dua penghuni kuburan ( Sundi dan Puci ) kramat sangat terganggu dengan keadaan yang sangat ramai dan berisik sekali. Akhirnya, mereka berdua memutuskan keluar dari alam kubur mereka untuk melihat situasi diluar makam.
Sementara itu, diluar kuburan telah ramai oleh para kru TV, mereka disibukkan dengan acara yang akan mereka adakan yaitu acara “ Menelusuri Alam Ghaib “ kedua hantu penghuni makam kramat yang baru tiba diatas komplek kuburan merasa amat heran dan kebingungan, mereka berdua hanya bisa mengintai dari semak – semak disekitar komplek kuburan kramat. Ketika mereka berdua masih kebingungan, tiba – tiba mereka berdua dikejutkan dengan kehadiran seorang hantu cantik yang tidak dikenal namun agak sombong ( Kunti ). Kedua hantu polos tersebut tidak begitu menyukai kedatangan penghuni baru yang sok tahu ini. Mereka bertiga akhirnya mengintai kegiatan para kru TV tersebut. Tidak lama kemudian acara “ menelusuri Alam Ghaib “ dimulai, acara dibuka oleh pembawa acara dari acara ini yaitu Heri Panci gosong kemudian dilanjutkan dengan pencarian peserta diantara kerumunan penonton. Akhirnya, ditemukan seorang pemuda ( Tarmo beres slamet ) yang bersedia menjadi peserta, dengan alasan karena dia memang berniat mencari pacar dari alam ghaib alias hantu.
Uji nyalipun dimulai, peserta ditinggal dikomplek kuburan kramat tersebut sendirian. Kunti yang sedang mengintip dan mendengarkan aktvitas mereka sejak tadi, ingin mencoba berkenalan dengan sang pemuda. Namun, hal itu tidak disetujui oleh kedua penghuni makam kramat tersebut ( Puci dan Sundi ) karena hal itu melanggar peraturan yang ada. Tetapi, Kunti nekat ingin berkenalan dengan Tarmo. Akhirnya mereka berdua berkenalan, mereka asyik berbincang – bincang dan bersenda gurau tanpa menghiraukan sekitarnya. Namun, tiba – tiba dari kuburan kramat tersebut muncullah “ Ki kolor ijuk “ ( hantu penghuni makam kramat ) yang mengaku sebagai suami Kunti dan memaksa Kunti untuk ikut dengannya. Tarmo yang melihat pacar barunya dipaksa dengan kasar tidak terima dan menantang Ki kolor ijuk. Pertarungan sengit terjadi dan pertarungan tersebut dimenangkan oleh Ki kolor ijuk. Tarmo tidak dibunuh dia dijinkan untuk pergi namun, meninggalkan tempat tersebut dengan keadaan luka parah. Kemudian Tarmo berteriak minta tolong hingga bantuan dari Kru pun datang, Tarmo diselamatkan oleh Nyai. Dia sembuh namun dia mengalami shock berat sehingga tidak dapat menceritakan kejadia yang telah menimpanya.

NASKAH DRAMA
HANTU JADI ARTIS
Dengan diiringi suara-suara seram
Sundi : “ Aduh, berisik banget, sih ? Siapa sih yang mengganggu ketenangan disini. “
Puci : “ Iya nih. Aku jadi gak tenang. Gimana kalau kita lihat keluar saja ? “
Sundi : “ Oke. Siapa takut. “
( Akhirnya kedua hantu penghuni makam kramat itu memutuskan untuk keluar dari tempat peristirahatannya ).
Dengan diiringi suara-suara seram
Puci : “ Sun, mereka lagi ngapain sih ? “
Sundi : “ Emangnya kamu gak tau ya mereka itu para kru TV. Ya tentu saja mau syuting film. “
Puci : “ Syuting film kok disini. Emangnya gak ada tempat yang lebih bagus dari pada rumah kita. “
Sundi : “ Iya. manusia ini memang aneh, bukannya cari tempat yang bagus buat syuting film eh malah mengganggu kita yang sudah tenang disini. “
Puci : “ Sun, katanya mereka mau syuting film. Mana aktris dan aktornya ?”
Sundi : “ Iya kamu bener. Kok gak ada ya. “
Puci : “ Wah kesempatan nih siapa tau aku bisa jadi aktrisnya. Itukan cita – citaku sejak dulu. “
Sundi : “ Huss ngaco kamu, mana mau mereka ngajak kamu main film, kalau ngomong aja kamu kadang gak nyambung. “
( Tiba – tiba dari arah belakang muncul seorang hantu cantik yang mengejutkan mereka berdua )
Kunti : “ Hayooo……. kalian lagi ngapain ?”
Sundi & Puci : “ Hantuuu………..( terkejut).
Kunti : “ Hey easy man………Emangnya kalian berdua bukan hantu apa.”
Puci : “ Oh iya ya. Aku kok baru sadar kalau kita ini hantu.”
Sundi : ( Dengan nada marah ) Husss ngaco kamu. ( melihat kepada Kunti dengan rasa jengkel ) Hey..! kamu penghuni baru disini ya ?”
Kunti : “ Aku ini datang dari tempat nan jauh disana. Aku mau melihat pemandangan disekitar sini yang katanya sih bagus. Tetapi, ternyata tempatnya jelek apalagi penghuni disini yang jelek – jelek.”
Puci : “ Hey…! Ngomong lagi gue kepret lho.”
Kunti : “ Emangnya kamu bisa. Aku gak yakin tuh, kamu bisa.
Ayo coba pukul. Hah, tapi aku gak peduli tuh karena syutingnya udah mau mulai. Siapa tahu aku bisa ikut jadi pemainnya. “
Sundi : “ Emangnya mereka bisa ngeliat kamu apa ?”
Kunti : “ Emangnya kamu gak tahu mereka mau syuting apa ?”
Puci : “ Kita mana tahu acara TV, kita kan gak punya TV.”
Kunti : “ Kasihan deh lo, makanya yang gaul dong. Kalau bukan dari TV setidaknya kalian tau dari gosip yang santer beredar saat ini.”
Sundi : “ Gosip apa sih ?”
Kunti : “ Zaman sekarang ini manusia lebih suka berinteraksi dengan makhluk ghaib alias apa hayo ?”
Puci & Sundi : “ Hantuuu.”
Kunti : “ Iya , benar. Mereka itu ingin mengetahui tentang dunia kita ini.”
Puci : “ Manusia ini kok aneh, sih. Kita aja pengin jadi manusia dan menikmati kesenangan dunia, Eh malah mereka mau tau tentang dunia kita.”
( Tepat jam 11.00 malam acara menelusuri alam ghaib dimulai )
Heni Panci : “ Selamat malam, pemirsa. Kita bertemu lagi dalam acara “ Menelusuri Alam Ghaib “ bersama saya Heri Panci Gosong. Pemirsa pada episode kali ini kami telah mendapatkan tempat yang dianggap paling kramat ditempat ini yaitu kompleks kuburan kramat Ki kolor ijuk. Baiklah pemirsa sebelum acara uji nyali kita mulai, kami terlebih dahulu akan mencari peserta uji nyali yang berani kita tinggal sendirian ditempat ini selama 2 jam.”
( Heri Panci mulai mencari peserta uji nyali diantara kerumunan penonton, kemudian dia menunjuk seorang pemuda yang mengangkat tangannya ).
Heri panci : “ Ya, mas. Silahkan.”
( Peserta tadi naik ke panggung ).
Heni panci : “ Selamat malam, mas.”
Tarmo : “ Selamat malam, mas.”
Heni panci : “ Siapa nama anda ?”
Tarmo : “ Namanya saya Tarmo beres slamet. Tapi biasanya saya dipanggil Tarmo saja, mas.”
Heni panci : “ Anda berasal darimana Mas ?”
Tarmo : “ Saya berasal dari Madura asli, Mas.”
Heni panci : “ Apa alasan anda mengikuti acara ini ?”
Tarmo : “ Saya ingin mencari pacar dari alam ghaib, Mas. Siapa tau saya bisa kawin. Nanti Mas – mas ini saya undang.”
Heni panci : “ Baik Mas Tarmo, sebelum acara uji nyali kita mulai, mari kita tanyakan terlebih dahulu keadaan disini kepada ahlinya. Selamat malam pak Kyai !”
Nyai : “ Selamat malam, Mas.”
Heni panci : “ Menurut Kyai, bagaimana keadaan disekitar makam kramat ini ?”
Nyai : “ Kalau dilihat dan diperhatikan sepertinya tempat ini bersih, terawat, dan katanya sih pengunjungnya banyak. Tetapi, sayang Mas tempatnya jauh dan sulit dijangkau. Kaki saya sampai lecet nih, sedikit.”
Heni panci : “ Maaf, Kyai. Maksud saya bukan itu Kyai. Maksud saya bagaimana keadaan disini bila dilihat dari mata batin Kyai.”
Nyai : “ Oh itu, ngomong dong dari tadi. Jadi saya gak usah banyak ngomong. Baiklah, kalau dilihat dan dirasakan dari mata batin saya sepertinya tempat ini banyak sekali hantunya. Sepertinya hantunya menyebar dimana – mana. tetapi Mas, pusat kekuatan mistis terbesar terdapat dikuburan ini. Tempat ini juga merupakan tempat yang strategis untuk para hantu cangkruk bersama.”
Tarmo : “ Lho Kyai, hantu bisa cangkru’an juga ya ?”
Nyai : “ Oh jangan salah Mas. Sebenarnya paling suka cangkru’an itu adalah hantu karena mereka tidak punya kerjaan lain selain cangkru’an. Bisa mirip tante – tante genit gitu lho.”
Heni panci : “ Ah Kyai bisa aja. Baik Mas Tarmo, bagaimana apakah anda sudah siap ?”
Tarmo : “ Saya sudah siap dari tadi Mas.”
Heni panci : “ Baik Mas Tarmo. Kami akan meninggalkan anda disini selama 2 jam, jika anda berhasil anda akan mendapatkan hadiah dari kami. Tetapi jika anda menyerah, maka anda cukup bisa melambaikan tangan kepada kami, maka kru kami akan segera membantu anda. Tetapi, jika anda menyerah maka anda tidak akan mendapatkan hadiah.”
( Kemudian Pak Kyai dan Heri panci meninggalkan Tarmo di kompleks kuburan kramat itu sendirian, namun dari semak-semak tempat persembunyian ketiga hantu mulai berbincang-bincang lagi ).
Kunti : “ Tuh khan, kalian denger sendiri. Kalau cowok ganteng itu mau mencari pacar dari golongan kita.”
Puci : “ Tapi itu khan menyalahi aturan, kita khan sudah diberi batasan untuk tidak saling menganggu. Apalagi manusia itu sudah mengganggu kita yang sudah tenang disini.”
Kunti : “ Ah, aku gak peduli yang penting aku dapat pacar dari bangsa manusia yang cuakep dan suedep.”
Sundi : “ Ya, sudah kalau diomongin gak mau. Kamu rasakan sendiri akibatnya nanti. Ayo, Puci kita pergi.” ( menarik Puci )
Kunti : “ Pergi aja sana.”
( Hantu cantik ini kemudian mendekati Tarmo dan mengejutkannya ).
Kunti : “ Mas……. mas cakep.”
Tarmo : ( menoleh dan terkejut ) “ Ya ampun, cantik sekali ! Siapa namanya kamu ?”
Kunti : ( terseipu malu ) “ Nama saya Kunti Mas. Kalau Mas namanya siapa ?”
Tarmo : “ Nama saya Tarmo beres slamet. Tapi, biasanya saya dipanggil Tarmo saja.”
Kunti : “ Nama Mas bagus deh, sebagus orangnya.”
Tarmo : “ Nama kamu juga cantik sama seperti orangnya.”
( Kedua makhluk yang berbeda alam tersebut langsung akrab dan langsung asyik berbincang-bincang. Namun, tiba-tiba terdengar suara tawa yang mengerikan yang dinarengi dengan kumpulan asap yang mengepul yang berasal dari kuburan kramat Ki kolor ijuk ).
Diiringi suara-suara seram
Ki kolor ijuk : “ Ha…ha…ha….ha…. Hey, kalian apa yang kalian lakukan disini, Kunti kau sengaja membuat aku marah ya ?”
Kunti : ( terkejut ) “ A…a….aku Cuma………..”
Ki kolor ijuk : “ Dasar perempuan gatel, ayo ikut.” ( menarik tangan Kunti )
Tarmo : “ E…e…e Sembarangan sampeyan. Ini pacar saya jangan dibawa sembarangan dong.”
Ki kolor ijuk : “ Bocah semprul kamu. Dia ini istriku yang ke-16 mana mungkin dia bisa jadi pacarmu. Ayo ikut Kunti !” ( menarik tangan Kunti).
Tarmo : “ E…e…e…. jangan sembarangan dong, Mas. Tanya dulu sama dia, dia pilih saya atau kamu.”
Ki kolor ijuk : “ Dia istriku jelas pilih aku. Ayo Kunti !” (menarik Kunti).
Kunti : “ Aku gak mau, aku mau ikut Mas Tarmo.” ( Berlari kearah belakang Tarmo )
Ki kolor ijuk : “ Kunti, kamu melawan aku ?”
Kunti : “ Aku gak akan berani ngelawan kamu, Mas. Tapi aku bosan jadi istrimu kau selalu meninggalkan aku sendirian, kalau aku gak nurut aku kamu pukul, dan kau selalu memperlakukanku seolah-olah aku ini budakmu. Kau tidak pernah mencintaiku. Aku ingin mencari bangsa manusia yang dapat mengerti apa itu arti cinta.”
Ki kolor ijuk : “ Hantu edan kamu Kunti ! Baiklah aku tidak akan tinggal diam akan kubunuh manusia ini.” ( Bersiap menyerang Tarmo).
Kunti : “ Eh tunggu dulu ! sebelum bertarung kasih hormat dulu dong.”
( Pertarungan sengit antara Tarmo dan Ki kolor ijuk pun dimulai. Pertarungan tersebut sangatlah seru dan terbagi dalam 2 babak pertarungan. Namun sayang ternyata Tarmo kalah dalam pertarungan itu ).
Tarmo : ( terjatuh menahan sakit ) “ Ah…….agh…….agh.”
Kunti : ( Berteriak ) “ Mas Tarmooooo……”
Ki kolor ijuk : “ Baiklah. Aku tidak akan membunuhmu, tetapi jangan pernah datang kesini lagi. Ayo Kunti !” ( Menarik tangan Kunti dengan paksa )
Kunti : ( sambil menangis ) “ Mas Tarmo tolong mas………mas………”
Tarmo : ( Dengan suara lemah ) “ Kunti…………Kunti…..”
( Ki kolor ijuk dan Kunti pergi meninggalkan tempat itu dan kembali kealamnya ).
Tarmo : ( sambil melambaikan tangannya ) “ Tolong……..tolong……..tolong……”
Heni panci : “ Lho ada apa, Mas ?”
Nyai : “ Sepertinya anak muda ini terkena pukulan dari makhluk ghaib penghuni makam kramat disini.”
Heni panci : “ Apa bisa disembuhkan Kyai ?”
Nyai : “ Insya Allah “
( Kemudian Kyai tersebut menyalurkan tenaga dalamnya untuk menyembuhkan Tarmo)
Tarmo : “ Sakalangkong banyak, Kyai.”
Nyai : “ Ya, sama – sama.”
Heni panci : “ Baiklah, Mas Tarmo. Bisakah anda menceritakan pengalaman anda kepada pemirsa ?”
Tarmo : ( Panik dan buru – buru pergi ) “ Saya kapok mas ikut acara ini. Saya mau pulang saja.”
Heni panci : “ Lho Mas……..lho mas, tunggu Mas ! Maaf pemirsa rupanya peserta kita kali ini mengalami shock berat, sehingga tidak bisa menceritakan pengalamannya. Baiklah pemirsa cukup sampai disini acara kita hari ini, bila ada kritik atau saran dapat anda kirimkan melalui surat ke alamat dibawah ini ( Poster alamat dibawa oleh Puci dan Sundi ). Baik pemirsa sampai disini acara kita dan sampai ketemu di episode berikutnya dalam acara “ Menelusuri Alam Ghaib “ bersama saya Heri panci gosong. Sampai jumpa pemirsa. Terima kasih Kyai.”
Nyai : “ Oh, iya.”
( Tiba – tiba mereka telah dikelilingi oleh hantu – hantu penghuni makam kramat )
Heni panci & Nyai : ( sambil berlari ) “ HANTUUUUUUUUUUUUU “

DRAMA MUSIKAL KELAS XII FARMASI


PEMAIN: ratu, menteri,pengemis,artis,penjudi,terdakwa,hakim,petani,dosen, dan manusia bayangan.
Durasi: 20 menit
Jenis: drama musikal
Tema: sosial politik
Pemain: 11 orang
1.      Heni sebagai               :
2.      Widoh sebagai           :
3.      Pipit sebagai               :
4.      Mae seebagai             :
5.      Fitri sebagai               :
6.      Nihla sebagai             :
7.      Maya sebagai             :
8.      Wiki sebagai              :
9.      Wahyu sebagai          :
10.  Aqil sebagai               :
11.  Iski sebagai                :


————
Suasana panggung menggambarkan kegelapan di malam hari. Di tengah panggung terdapat tiang bendera, meja kecil dan kursi-kursi, sekeliling panggung dipenuhi tempelan-tempelan topeng kertas.
Babak I
Musik pengantar; Manusia Bayangan (MB) memasuki ruangan sambil membawa lilin lalu mulai menyapa penonton.
MB      : Selamat malam saudara. Maaf, jika pertemuan ini mngkin tidak saudara terima dengan hangat. Seharusnya saya sudah sejak lama hidup di benak saudara. Membisiki abu-abunya hidup. Hidup … (diam sejenak seperti menghela nafas). Yang namanya abu, saudara, tentu…tidak melulu hitam atau melulu putih. Hitam… putih… hi…hi…(tertawa ngikik) Tapi, sepertinya tenggorokan saya sedang manja. Jadi harap mata dan mata saudara melek untuk melihat satu abu-abu ini.
Babak II
Musik pengantar; seorang Ratu (R) dan Menterinya (M) muncul
Ratu          : (menyapa penonton dengan bahasa yang medok namun sedikit judes) selamat malam rakyatku semua… sudah pada tahu to? Kalo negeri kita yang cuantik ini, yang luas ini, yang gemah ripah loh jinawi, sebentar lagi akanmeryakan ulang tahun loh… (menoleh ke menteri) menteriku, tolong kamu siapkan pesta yang sebuesar-besarnya. Kamu undang semua pemimpin-pemimpin di dunia, biar mereka tahu, kalo kita jga bisa buat pesta yang gede-gede kayak mereka! (berhenti sejenak) Tapi… tunggu dulu, kas kita tinggal berapa ya?
Mentri         : (membuka-buka buku kas) ehm…tenang ratu, kas kita masih banyak. Tambang minyak di pulau Bekas Alir, tembaga di pulau Paru, emas di pulau Burung, terus…Keburu distop ratu)
Ratu          :cukup…cukup…cukup. ya, ya..kalau begitu, menteri, segera siapkan pestanya…
Tiba-tiba dari belakang keduanya, tampak Rakyat Miskin (RM) menurunkan bendera kerajaan. Lalu ia memasukkannya dalam tas. Kemudian tamapk terburu-buru sehinnga lewat di depam Ratu dan Menteri tanpa permisi.
Ratu         : e…e…eh…tidak sopan! Lewat di depan ratunya kok main selonong aja! Berhenti kamu!
PM       : (menoleh) saya?
R          : iya kamu! (memperhatikan tas) bawa apa itu?
PM       : oh, bukan apa-apa Ratu! (menyembunyikan tas di balik punggung)
R          : menteri, periksa orang itu!
Terjadi rebut-rebutan tas antara menteri dan pengemis. Tetapi menteri berhasil merebut tas pengemis. Sampai-sampai pengemis jatuh tersungkur.
M         : Ratu, ini Ratu…ternyata dia nyolong bendera kerajaan, Ratu!
R          : lho…lho…nyolong bendera?! Lha kok bisa gak ketahuan ini piye? Memangnya mau kamu buat apa to? (mendekati pengemis)
PM       : lapar…saya lapar… itu…mau saya jual…lima ribu jadi…
R          : apa? Dijual?! Oh…rakyatku…(bernada kasihan) kamu lapar?
PM       : (Pengemis mengannguk) iya, saya lapar
R          : oh…lapar…tapi itu jangan kamu jual, karena itu adalah bendera negeri ini. Sekarang kamu pulang ke rumah, biar nanti kusuruh orang mengantar makanan ke tempatmu.
Manusia Bayangan muncul memapah pengemis.
(music pengiring)
Ratu dan menteri maju ke tengah panggung.
MB      : seperti ini sosok sejati dari bangsa yang kaya? (bernada sinis) bahkan seandainya burung hantupun tak sudi menjamahnya.
R          : (berbicara pada menteri) minta makan??! uang saja tidak punya, hari ini masih gratisan…huh! menteri kita kembali saja ke keraton. (meninggalkan panggung)
Babak III
Musik pengantar; Artis (A) muncul dengan gaya seleb dan tebar pesona.
A         : ini sih, memang bukan panggung Hollywood! Tapi, tak palah… sini-sini… siapa yang mau minta tanda tangan artis cantik kayak aku? Mau foto-foto sama aku… (kemudian, masih tetap ceria, artis mulai curhat) hidupku ini sungguh menyenangkan saudara. Shooting sana-sini…ikut pesta ini-itu… shopping kemana-mana…Pfff (menghela nafas) tapi…, ehm… mungkin tak sampai lima puluh tahun, aku tetap cantik seperti ini. Kalau kulitku sudah keriputpun, mana laku diriku. (seperti akan menangis dan membuka kacamata). Bahkan, semua cowokku pun akan meninggalkanku kalo aku sudah kere… (sedih menangis lunglai meninggalkan panggung)
Babak IV
Penjudi muncul, sambil menghisap rokok dan membawa botol bir dia berjalan menuju meja judi. Manusia bayanagn sudah ada di sana menyambutnya. Mereka mulai bermain judi. Terdengar gelak tawa. Beberapa saat kemudian, penjudi tertawa keras…tapi dia menang.
P          : (sambil mInum) inilah hidupku…ha…ha…malam masih panjang, uang masih banyak, masih bisa dicari…tapi…tapi…ha….ha..kalaupun kau mati di meja ini (mulai sedih) aku…aku tetap bahagia…(penjudi pun rebah di meja judi)
MB      : (bersenandung sambil membuang-buang kartu remi di hadapan penonton dan melempar-lempar botol minuman) aku wes kondo ciu marakke ciloko/ aku wes matur, manson neng omongan nglantur// wes tak aturi yen vodka marakke lali/ banjur ngunjuk bir, sampeyan dadine kenthir///
Penjudi dibawa masuk ke dalam oleh manusia bayangan
Babak V
Suasana gelap. Cahaya hanya tertuju pada meja dite atas panggung. Hakim (H) masuk kedalam ruangan. Sesaat kemudian terdengar jeritan dan teriakan terdakwa (T) yang diseret masuk oleh MB.
T          :tidak….! aku tidak mau! Lepaskan aku…lepas…! aku tidak bersalah!
H         : Diam! (sambil mengetuk palu) harap tenang1 sebagai perempuan, seharusnya engkau diam di rumah, menjaga anak-anak dan harta suamimu!
T          : (marah) apa? Diam katamu?! Aku ini janda kere! (menoleh ke penonton) mereka…mereka para pembesar-pembesar itu yang merampas hartaku…membunuh anak-anak dan suamiku! Kau suruh kau diam, hah?! Padahal mereka yang cabut hak hidupku! Bahkanlebih kejam dari Izroil! Mereka…
H         : Diam! Hentikan! Tetapi engkau tetap bersalah! Engkau telah membunuh orang terpenting di negeri ini.engkau harus dihukum! Pengawal, masukkan perempuan ini ke penjara!
MB datang menyeret T keluar dari ruang sidang.
T          : tidak…lepaskan aku…(menangis)aku tidak salah…
H         : di negeri ini, uanglah yang jadi raja.ha…ha… coba saja perempuan itu sanggup membayarku lebih dari keluarga pejabat yang dibunuhnya, pasti akan aku bebaskan dia. Ha…ha…uang…uang  (terus tertawa sampai keluar ruang)
Babak Babak IV
Muncul sepasang petani, mereka taampak lelah setelah bekerja di sawah.
PT        :bu’e…bu’e…panen kita tiap tahun selalu melimpah ya…buanyak!he…he…
BT       :iay pak’e…lha lumbung kita saja sampai gak muat…
PT        : eh, tau gak buk’e?
BT       :apa to pa’e…(sambil kipas-kipas)
PT        : kita ini soko guru ekonomi rakyat.  Lah kalo ndak ada kita, waduh…bisa kolaps rakyat-rakyat negeri ini. Alias mati!
Bt         : betul itu pak’e…tapi….(dari wajah yang semula gembira, beralih sedih) tapi…kita kok ndak kaya-kaya ya pak’e? Tetep kere..ora nduwe duwit. Malah jadi kesetnya tengkulak! Waduh….
PT        : iya…ya..he…heee (berdua keluar dari panggung seperti disertai tangis)
MB muncul lagi…
MB      : kulihat ibu pertiwi/ sedang bersusah hati/ air matanya berlinang/ emas intan yang aku kenang// hutan gunung sawah lautan/ simpanan kekayaan/ kini ibu sedang lara/ merintih dan berdoa///
Kasihan engkau wahai petani pertiwi…
Babak VI
Seorang dosen muncul sambil berbicara di telepon terburu-buru. Kemudian masuk kelas dan mulai memberi kuliah.
D         : selamat pagi mahasiswaku tercinta…mari kita tinggalkan sejenak segala keluh kesah di luar, kita siapkan hati dan pikiran kita untuk kuliah hari ini. Baik saudara…sebagai manusia, janganlah kita skeptis terhadap ilmu. Pandang ilmu itu dengan objektif, bukan subjektif. Tahu kenapa? Ya…karena ilmu itu logis. Dan jika kita sudah memahami ini, secara teoritis, terapkan itu secara pragmatis. Kita ini ini insan berilmu. Bukan sapi, atau monyet! Karena itu, hidup itu harus berilmu… baik saudara, sekian kuliah hari ini
Tiba-tiba telepon dosen berdering…ternyata dari anaknya.
D         : O…maaf. saudara…Halo? ya.. anakku sayang…ada apa? O…pesta? berapa? Lima puluh juta? O..tenang anakku…ibu sekarang ini gajinya sudah tiga kali lipat! Jadi…apa? ya…ya…atur lah semaumu…(terus menelepon sambil meninggalkan panggung)
MB muncul sambil membuang-buang buku
MB      : aplikasi teori lebih dari logika…sampah! ilmu jadi komersil berangka-angka!…seperti ini? Kapan kita mau pintar? Mau maju? Mau cerdas? Pff…(tertunduk lesu)
Babak VII
Panggung kembali gelap. Pemain satu persatu muncul menyanyikan lagu “Panggung Sandiwara” sambil membawa lilin.
Semua  : Dunia ini panggung sandiwara/ ceritanya mudah berubah/kisah mahabarata/ atau tragedi Yunani…// setiap kita dapat satu peranan/ yang harus kita mainkan// ada peran wajar/ dan ada peran berpura-pura// *mengpa kita bersandiwara…/mengapa kita bersandiwara// peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak/ peran berrcinta bikin orang mabuk kepayang// dunia ini penuh peranan/ dunia ini bagaikan jembatan kehidupan///